By: Taopik Ridwan (Secretary Division of Natural Resource Development and Cultivation).
Pengembangan GAP (Good Agricultural Practice) untuk Standarisasi Biomassa sebagai Bahan Baku Obat Herbal Berbasis Tanaman Kumis Kucing
Pengembangan GAP kumis kucing untuk menghasilkan bahan baku terstandar, dimulai dengan eksplorasi kumis kucing dengan cara mengkoleksi keragaman aksesi. Aksesi didapatkan dari berbagai tipe agroekologi di daerah penanaman kumis kucing yaitu di daerah Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur yang mewakili daerah basah dan kering atau mulai dari dataran rendah, sedang dan tinggi. Daerah Jawa Barat diwakili Bogor, Sukabumi, dan Lembang, Jawa Tengah diwakili Semarang, Wonogiri dan Karanganyar dan Jawa Timur diwakili Magetan dan Pacitan.
Aksesi kumis kucing yang diperoleh dari berbagai daerah tersebut kemudian dikarakterisasi baik morfologi (ukuran daun (panjang, lebar, luas), bentuk daun, bentuk pinggir daun), agronomi (laju pertumbuhan, tinggi tanaman, jumlah cabang, produksi daun, ratio bobot terhadap total brangkasan, bobot basah biomassa, bobot kering dan waktu berbunga dan karakter fisiologi (kadar klorofil a dan b, ratio klorofil a/b, jumlah stomata, trikoma daun, struktur melintang daun dan kadar senyawa penciri).
Tujuan yang diharapkan dari eksplorasi aksesi kumis kucing ini adalah dapat mengidentifikasi karakter morfologi, agronomi dan fisiologi serta kadar bioaktif senyawa penanda pada keragaman plasma nutfah/aksesi kumis kucing dari berbagai tipe agroekologi.
Gambar 1. Koleksi Kumis Kucing Hasil Eksplorasi. Gambar 2. Penelitian Kumis Kucing
<opik/ta>
Back to TropBRC News....